Saya selalu percaya, bahwa setiap novel memiliki caranya
sendiri untuk memikat para pembaca. Saat pertama kali membuka lembaran novel
berjudul The Witch of Portobello
karya Paulo Coelho ini, saya langsung tahu bahwa ini adalah sebuah novel yang
tak biasa, khususnya dalam hal penokohan.
Menurut Jones, 1963 (diacu dalam Nurgiantoro, 2002), penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Dalam istilah penokohan terkandung dua aspek: isi dan bentuk. Tokoh,
watak, dan segala emosi yang dikandungnya merupakan aspek isi, sedangkan teknik
pewujudannya dalam karya fiksi adalah aspek bentuk. Coelho memilih sebuah
teknik yang unik dalam mewujudkan para tokoh di dalam novel ini.
Lazimnya, sebuah novel dibangun dengan satu sudut
pandang saja. Penulis bisa memilih, hendak mengalirkan cerita dari sudut
pandang orang pertama, ketiga, atau sebagai pengamat yang serba tahu. Lantas
alur digulirkan dengan menghadirkan tokoh utama sebagai titik sentral yang
melakukan paling banyak hal, atau dikenai paling banyak peristiwa.
Di awal novel ini dikisahkan bahwa Athena, sang tokoh
utama, telah meninggal dunia. Empat
belas orang bercerita tentang interaksinya dengan Athena dalam versinya
masing-masing, hingga terbangun sebuah kisah yang utuh tentang kehidupan Athena.
Pembaca dipersilakan menyusun sendiri kesan di dalam benaknya, tentang orang
seperti apakah tokoh Athena ini.
Tentu, selain mendapatkan gambaran tentang sang tokoh
utama, pembaca juga dapat menilai karakter tokoh-tokoh lain di sekitar Athena
yang bertindak sebagai para pencerita. Beberapa di antaranya akan saya uraikan di
sini, selain tokoh Athena sendiri.
Athena,
sang tokoh utama adalah seorang wanita muda yang memiliki karakter dinamis.
Sisi spiritualnya sudah terlihat sejak dia kecil, seperti digambarkan oleh ibu
angkatnya. Athena memiliki sekelompok teman yang tak terlihat, dan kerap mendapat penglihatan tentang sesuatu yang
belum terjadi. Athena remaja rajin mengunjungi gereja Katholik, sebelum akhirnya
memutuskan berhenti karena Pastor menolak memberikan sakramen Ekaristi usai
perceraiannya.
Pencarian spiritual Athena berlanjut seiring dengan pendewasaannya.
Tarian spiritual Vertex, kaligrafi, hingga pertemuannya dengan Edda sang guru
spiritual, mengantarkannya untuk menemukan cahayanya sendiri sebagai penyihir
dari Portobello.
Kepribadian Athena sendiri digambarkan sangat unik.
Misterius, spontan, dan tahu persis apa yang diinginkannya. Wanita keturunan
gipsi yang dibesarkan dalam keluarga Lebanon ini juga diceritakan sebagai orang
yang sangat menarik. Selain cantik,
pandai memankan musik dan menari, Athena juga punya daya magis yang istimewa. Sedemikian
sehingga orang di sekitarnya, suka atau tidak, mengikuti keinginannya. Di
kemudian hari daya tarik ini semakin kuat, hingga dia memiliki banyak pengikut
sekaligus pembenci.
Heron Ryan, seorang
jurnalis berusia 47 tahun adalah tokoh yang paling banyak bercerita tentang
Athena. Dia telah memiliki kekasih, namun terang-terangan jatuh cinta pada
Athena. Cintanya inilah yang kemudian mengantarkan Heron untuk mencari tahu
segala tentang Athena, sekaligus berusaha untuk selalu dekat dengan Athena. Sebagai
jurnalis, Heron selalu berusaha untuk bertindak secara logis. Mencari sumber
terpercaya untuk memenuhi keingintahuannya pada banyak hal, serta berusaha untuk
tetap memenangkan akal sehat di atas perasaannya.
Andrea McCain, kekasih
Heron, seorang aktris berusia 32 tahun. Awalnya, kecemburuannyalah yang
memantik keingintahuannya tentang Athena. Andrea jelas tak menyukai Athena,
namun tak bisa begitu saja terlepas dari Athena. Di kemudian hari, Andrea justru
mendapat pengalaman-pengalaman spiritual yang tak diduga sebelumnya berkat
bantuan Athena.
Deidre O’Neill alias
Edda, guru spiritual Athena. Tokoh ini banyak memberikan pengaruh pada Athena,
terutama dalam menemukan jalan spiritualnya. Seorang yang bijak, pendengar yang
baik, tapi tak pernah dengan mudah memberikan kunci jawaban pada permasalahan Athena.
Edda hanya membukakan jalan, agar Athena
menyadari potensi dirinya, sekaligus tahu cara menggunakan potensinya. Pada
akhirnya, Athena sendirilah yang harus memilih setiap langkah yang hendak
diambilnya. Sebagai seorang sahabat, Edda selalu memberikan dukungan kepada
Athena.
Pastor
Giancarlo Fontana adalah seorang agamawan sepuh yang telah bertahun-tahun melayani
Tuhan. Sebagai seorang sahabat, beliau sangat menyayangi Athena. Kepada
beliaulah Athena remaja berkonsultasi, tentang pengalaman-pengalaman spiritual yang
dialami hingga masalah-masalah dalam pernikahannya. Sebagai seorang Pastor,
beliau dihadapkan pada pilihan sulit ketika harus memilih antara dogma gereja
dengan sisi kemanusiaan dalam dirinya. Pilihan yang akhirnya diambil membuatnya
kehilangan Athena, sekaligus mengantarkannya pada perenungan mendalam bahwa
seorang Pastor semestinya melayani Tuhan, bukan sekadar patuh pada dogma.
Lukas
Jessen-Petersen, sang mantan suami, adalah seorang anak muda yang tengah
berjuang meraih impian ketika Athena datang dan menawarkan pernikahan. Lukas
dengan nekat meninggalkan keluarga dan impiannya demi cintanya pada Athena.
Namun dia hanyalah seorang anak muda yang belum memiliki kepiawaian menghadapi
masalah rumahtangga. Mulai dari masalah finansial hingga emosional terkait kepribadian
Athena yang unik, membuatnya kemudian memilih untuk menyerah dan bercerai dari
wanita yang paling dicintainya. Usai perceraian kepribadiannya justru
berkembang. Menjadi lebih dewasa, bertanggung jawab terhadap hidupnya, serta
berhasil memahami bagaimana semestinya mencinta.
Shamira R.
Khalil, ibu angkat Athena memberikan kita sebuah gambaran tentang seorang
ibu sejati. Kasih sayangnya utuh meski Athena bukanlah anak kandungnya. Rasa
khawatir akan kehilangan Athena usai si anak bertemu ibu kandungnya, ternyata
tak terbukti. Shamira tetap menempati posisinya sebagai seorang ibu bagi
Athena. Terkadang, Shamira gagal memahami keputusan-keputusan dan jalan hidup
yang dipilih Athena. Namun dia selalu ada, menjadi pendukung utama anaknya
dalam kondisi bagaimana pun.
Liliana, ibu
kandung Athena adalah seorang gipsi yang hidupnya sudah cukup sulit. Mengandung
tanpa menikah dengan seorang pria di luar suku gipsi, menyempurnakan
kemalangannya. Tak ada pilihan yang cukup masuk akal kecuali menitipkan anaknya
di panti asuhan. Merindukan anaknya bertahun-tahun, namun tak tahu bagaimana
cara paling tepat untuk mengekspresikan cinta. Sebagai gipsi, Liliana adalah
juga seorang spiritualis yang tunduk pada ketentuan Sang Alam.
Si Kekasih
digambarkan sebagai tokoh misterius yang tak pernah dikenal oleh orang-orang di
sekitar Athena. Beberapa tokoh mengira si kekasih ini hanya tokoh rekaan Athena
saja. Namun di akhir cerita, tokoh inilah yang memberi kejutan sekaligus
jawaban bagi pembaca tentang misteri kematian Athena.
Secara keseluruhan, novel ini menarik untuk diselami.
Selain pelajaran berharga tentang cara Coelho menghidupkan tokoh dan mengalirkan
kisah, kita juga akan mendapatkan pengalaman baca yang menarik. Sebagaimana
lazimnya, dalam novel ini pun Coelho sukses membingkiskan perenungan mendalam tentang
kehidupan, yang bisa dipetik oleh para pembacanya.
the witch of portobello adl buku pertama PC yg sy baca sekitar Nov 2011, buku ini sekaligus menjadi penghantar bagi buku2 lain PC yg sy baca kemudian. Membaca buku ini sya spt dipersiapkan menuju masa2 selanjutnya: masa kini. Just share sist :)
BalasHapus